Pemuda
Dan Sosialisasi
1.
Internalisasi
Belajar Dan Spesialisasi
Masa
remaja adalah masa transisi dan secara psikologis sangat problematis, masas ini
memungkinkan mereka berada dalam anomi (keadaan tanpa norma atau hukum, Red)
akibat kontradiksi norma maupun prientasi mendua.
Anomi
menurut Enoch Markum, muncul akibat keanekaragaman dan kekaburan norma.
Misalnya A yang ditanamkan dalam keluarga, sangat bertentangan dengan norma B
yang ia saksikan di luar lingkungan keluarga.
Orientasi Mendua
Sedangkan
mengenai orientasi mendua, menurut Dr. Male, adalah orientasi yang bertumpu
pada harapan orang tua, masyarakat dan bangsa yang sering bertentangan dengan
ketertarikan serta loyalitas terhadap peer (teman sebaya), apakah itu di
lingkungan belajar (sekolah) atau di luar sekolah. Keadaan bimbang akibat
orientasi kedua menurut Dr. Male juga menyebabkan remaja nekad malakukan tindak
bunuh diri.
Untuk
mengatasi masalah ini. Dr. Male mengemukakan beberapa alternatif. Jalan keluar
yang diambil harus memperhitungkan peranan peer group. Progaram pendidikan yang
melawan arus peer, besar kemungkinan tidak berhasil. Penggunaan waktu luang
remaja juga diperhatikan, untuk menanggulangi masalah tersebut.
Sementara
Enoch Markum berpendapat, agar orang dewasa tidak selalu manganggap setiap
youth culture adalah counter culture. Remaja harus diberi kesempatan berkembang
dan berargumentasi. Ia hanya menawarkan dua alternatif pemecah masalah. Pertama
mangaktifkan kembali fungsi keluarga, dan kembali pada pendidikan agama karena
hanya agama yang bisa memberikan pegangan yang mantap. Kedua, menegakkan hukum
akan berpengaruh besar bagi remaja dalam proses pengukuhan identitas dirinya.
Peranan Media Massa
Menurut
Zulkarimen Nasution, dewasa ini tersedia banyak pilihan isi informasi. Dengan
demikian, kesan semakin permisifnya masyarakat juga tercermin pada isi media
yang beredar. Sementara masa remaja yang merupakan periode peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Ditandai beberapa ciri. Pertama, keinginan
memenuhi dan menyatakan identitas diri. Kedua, Kemampuan melepas diri dari
ketergantungan orang tua. Ketiga, kebutuhan memperoleh akseptabilitas di tengah
sesama remaja.
Ciri-ciri
ini menyebabkan kecenderungan remaja melahap begitu saja arus informasi yang
serasi dengan selera dan keinginan mereka. Zulkarimen juga mengamati, para tetua yang tadinya
berfungsi sebagai penapis informasi atau pemberi rekomendasi terhadap
pesan-pesan yang diterima kini tidak berfungsi sebagai sediakala.
Perlu Dikembangkan
Arif Gosita SH yang berbicara mengenai
kecenderungan-kecenderungan relasi orang tua dan remaja ( KROR) menyatakan KROR
positif merupakan faktor pendukung hubungan orang tua dan remaja yang edukatif.
Mengembangkan
KROR yang positif, menurut Arif Gosita bukan hal yang mudah karena harus
menghadapi KROR negatif yang terus berkembang. Akibat situasi dan kondisi
tertentu misalnya oerubahan sosial. Masalah kepemudaan dapat ditinjau dari 2
asumsi, yaitu:
1. Penghayatan mengenai proses perkembagan bukan
sebagai suatu kontinum yang sambung menyambung tetapi fragmentaris,
terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya sendiri-sendiri.
2. Posisi pemuda dalam arah kehidupan itu
sendiri.
2.
Pemuda Dan
Identitasnya
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya
terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat
dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang
akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang harus mengisi
dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu
proses yang sangat menentukan diri pemuda untuk menselaraskan diri di
tengah-tengah kehidupan masyarakatnya.
a.
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pola Dasar Pembinaan dan
Pengenbangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0323/U/1978 tanggal 28
Oktober 1978. Maksud dari Pola Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah
agar semu pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penangannya
bear-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaan dapat terarah.
Pola Dasar Pembinaan dan
Pengembangan Gnerasi Muda disusun berlandasan:
1)
Landasan Idil : Pancasila
2)
Landasan Konstistusional : Undang-Undang Dasar
1945
3)
Landasan Strategis : Garis-garis Besar Haluan
Negara
4)
Landasan Hisoris : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
5)
Landasan Normatif : Etika, tata Nilai dan
tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat
Tanpa ikut sertanya generasi
muda, pembangunan ini sulit berhasil bukan saja karena pemuda meruoakan lapisan
masyarakat yang cukup besar, tetapi yang lebih penting tanpa kegairahan dan
kreatifitas pemuda maka pembangunan bansa kita dalam jangka panjang dapat
kehilangan kesinambungan.
Dalam hal ini Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian pokok, yaitu:
1)
Generasi Muda sebagai subyek pembinaan dan
pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta
landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama
potensi lainnya.
2)
Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan
pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke
arah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuan ke tingkat yang potimal dan
belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.
b.
Masalah dan Potensi Generasi Muda
1)
Permasalahan Gnenerasi Muda
Berbagai permasalahan generasi
muda yang muncul pada saat ini antara lain:
a)
Dirasa permaslahan jiwa idealisme, patriotisme
dan nasionalisme dikalangan masyarakat termasuk generasi muda
b)
Kekurang pastian yang dialami oleh generasi muda
terhadap masa depannya
c)
Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda
dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal
d)
Kurangnya lapangan kerja atau kesempatan kerja
e)
Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan
bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda
f)
Masih banyaknya perkawinan di bawah umur
g)
Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi
perkawinan dan kehidupan keluarga
h)
Meningkatnya
kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkoba
i)
Belum adanya
peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda
Dalam rangka untuk memecahkan permasalahan
generasi muda tersebut di atas memerlukan usaha-usaha terpadu, terarah dan
bencana dari seluruh pembangunan.
2)
Potensi-potensi
Generasi Muda/Pemuda
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah:
a) Idealisme dan Daya Kritis
b) Dinamika dan Kreatifitas
c) Keberanian mengambil resiko
d) Optimis dan kegairahn semangat
e) Sikap kemandirian dan disipin murni
f) Terdidik
g) Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h) Patriotisme dan nasionalisme
i)
Sikap kesatria
j)
Kemampuan
penguasaan ilmu dan teknologi
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian diri,
bagaimana bertindak dan berpikit agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Melalui
proses sosialisasi, individu (pemuda) akan terwarnai carangku berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan proses sosialisasi, individu menjadi tahu
bagaimana ia mesti bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan
budayanya.
Proses
sosialisasi ini berarti tidak berhenti sampai pada keluarga, tapi masih ada
lembaga lainnya. Cohen (1983) menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosialisasi yang
terpenting ialah keluarga, sekolah, kelompokm sebaya dan media massa.
Meskipun
sosialisasi itu mungkin berbeda-beda berbagai lembaga, kelompok maupun
masyarakat, namun sasaran sosialisasi itu sendiri banyak memiliki kesamaan.
Tujuan
pokok sosialisasi adalah:
1) Individu harus diberi ilmu pengetahuan
(keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat
2) Individu harus mampu berkomunikasi secara
efektif dan mengembangkan kemampuannya
3) Pengendalian fungsi-fungsi organik yang
dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat
4) Bertingakah laku selaras dengan nirma atau
tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau keompok khususnya
dan masyarakat umumnya
Faktor
lingkungan bagi pemuda dalam proses sosialisasi memegang peranan penting.
Karena dalam proses sosialisasi pemuda terus berlanjut dengan segala daya
imitasi dari lingkungan sekelilingnya.
3.
Pemuda Dan
Identitasnya
A.
Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Jika
pada abad ke 20 ini Planet Bumi dihuni oleh mayoritas penduduk berusia muda,
dengan perkiraan berusia 17 tahunan, tentu akan menimbulkan beberapa
pertanyaan. Dua di antara deretan pertanyaan yang muncul aldalah: Apakah
generasi muda itu telah mendapat kesempatan mengenyam dunia pendidikan dan
keterampilan sebagai modal utama bagi insan pembangunan? Sampai dimana
penyelengaraan pendidikan formal dan non formal berperan bagi pembangunan,
terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang?
Pada
kenyataan negara-negara sedang berkembang masih banyak mendapat kesulitan untuk
penyenglenggaraan pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan. Sehubungan
dengan itu negara-negara berkembang merasa selalu kekurangan tenaga terampil
dalam mengisi lowongan-lowongan pekerjaan tertentu yang meminta tenaga kerja
dengan keteramopilan khusus.
B.
Pendidikan dan Perguruan Tinggi
Sebagai
prasyarat utama dalam pembangunan, Suatu bangsa akan berhasil dalam
pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju
apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi
dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya, Modernisasi Jepang agaknya
merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.
Dalam
arti inilah, maka pembicaraan tentang generasi muda/pemuda khususnya yang berkesempatan
mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting. Karena berbagai alasan:
Pertama,
Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki
pengetahuan yang kuas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk
terlibat di dalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian tentang berbagai
masalah yang ada di dalam masyarakat.
Kedua,
Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama dibangkui sekolah, maka mahasiswa
mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara berencana, dibandingkan dengan
generasi muda/pemuda lainnya.
Ketiga,
Mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat manyatu dalam
bentuk jterjadinya akulturasi sosial dan budaya.
Keempat,
mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan
kekuasaan, struktur perekonomian dan pertise di dalam masyarakat, dengan
sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai
latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidika nlabih baik lagi dari keseluruhan
generasi muda lainnya.