Rabu, 09 Desember 2015

Pemuda Dan Sosialisasi

Pemuda Dan Sosialisasi

1.     Internalisasi Belajar Dan Spesialisasi
Masa remaja adalah masa transisi dan secara psikologis sangat problematis, masas ini memungkinkan mereka berada dalam anomi (keadaan tanpa norma atau hukum, Red) akibat kontradiksi norma maupun prientasi mendua.
Anomi menurut Enoch Markum, muncul akibat keanekaragaman dan kekaburan norma. Misalnya A yang ditanamkan dalam keluarga, sangat bertentangan dengan norma B yang ia saksikan di luar lingkungan keluarga.

Orientasi Mendua
Sedangkan mengenai orientasi mendua, menurut Dr. Male, adalah orientasi yang bertumpu pada harapan orang tua, masyarakat dan bangsa yang sering bertentangan dengan ketertarikan serta loyalitas terhadap peer (teman sebaya), apakah itu di lingkungan belajar (sekolah) atau di luar sekolah. Keadaan bimbang akibat orientasi kedua menurut Dr. Male juga menyebabkan remaja nekad malakukan tindak bunuh diri.
Untuk mengatasi masalah ini. Dr. Male mengemukakan beberapa alternatif. Jalan keluar yang diambil harus memperhitungkan peranan peer group. Progaram pendidikan yang melawan arus peer, besar kemungkinan tidak berhasil. Penggunaan waktu luang remaja juga diperhatikan, untuk menanggulangi masalah tersebut.
Sementara Enoch Markum berpendapat, agar orang dewasa tidak selalu manganggap setiap youth culture adalah counter culture. Remaja harus diberi kesempatan berkembang dan berargumentasi. Ia hanya menawarkan dua alternatif pemecah masalah. Pertama mangaktifkan kembali fungsi keluarga, dan kembali pada pendidikan agama karena hanya agama yang bisa memberikan pegangan yang mantap. Kedua, menegakkan hukum akan berpengaruh besar bagi remaja dalam proses pengukuhan identitas dirinya.

Peranan Media Massa
            Menurut Zulkarimen Nasution, dewasa ini tersedia banyak pilihan isi informasi. Dengan demikian, kesan semakin permisifnya masyarakat juga tercermin pada isi media yang beredar. Sementara masa remaja yang merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Ditandai beberapa ciri. Pertama, keinginan memenuhi dan menyatakan identitas diri. Kedua, Kemampuan melepas diri dari ketergantungan orang tua. Ketiga, kebutuhan memperoleh akseptabilitas di tengah sesama remaja.
            Ciri-ciri ini menyebabkan kecenderungan remaja melahap begitu saja arus informasi yang serasi dengan selera dan keinginan mereka. Zulkarimen  juga mengamati, para tetua yang tadinya berfungsi sebagai penapis informasi atau pemberi rekomendasi terhadap pesan-pesan yang diterima kini tidak berfungsi sebagai sediakala.

 Perlu Dikembangkan
            Arif Gosita SH yang berbicara mengenai kecenderungan-kecenderungan relasi orang tua dan remaja ( KROR) menyatakan KROR positif merupakan faktor pendukung hubungan orang tua dan remaja yang edukatif.
            Mengembangkan KROR yang positif, menurut Arif Gosita bukan hal yang mudah karena harus menghadapi KROR negatif yang terus berkembang. Akibat situasi dan kondisi tertentu misalnya oerubahan sosial. Masalah kepemudaan dapat ditinjau dari 2 asumsi, yaitu:
1.      Penghayatan mengenai proses perkembagan bukan sebagai suatu kontinum yang sambung menyambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya sendiri-sendiri.
2.      Posisi pemuda dalam arah kehidupan itu sendiri.



2.    Pemuda Dan Identitasnya
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan diri pemuda untuk menselaraskan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakatnya.

a.      Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pola Dasar Pembinaan dan Pengenbangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978. Maksud dari Pola Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah agar semu pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penangannya bear-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaan dapat terarah.
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Gnerasi Muda disusun berlandasan:
1)      Landasan Idil : Pancasila
2)      Landasan Konstistusional : Undang-Undang Dasar 1945
3)      Landasan Strategis : Garis-garis Besar Haluan Negara
4)      Landasan Hisoris : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
5)      Landasan Normatif : Etika, tata Nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat
Tanpa ikut sertanya generasi muda, pembangunan ini sulit berhasil bukan saja karena pemuda meruoakan lapisan masyarakat yang cukup besar, tetapi yang lebih penting tanpa kegairahan dan kreatifitas pemuda maka pembangunan bansa kita dalam jangka panjang dapat kehilangan kesinambungan.
Dalam hal ini Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian pokok, yaitu:
1)      Generasi Muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya.
2)      Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuan ke tingkat yang potimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.

b.     Masalah dan Potensi Generasi Muda
1)      Permasalahan Gnenerasi Muda
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain:
a)      Dirasa permaslahan jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme dikalangan masyarakat termasuk generasi muda
b)      Kekurang pastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
c)       Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal
d)      Kurangnya lapangan kerja atau kesempatan kerja
e)      Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda
f)       Masih banyaknya perkawinan di bawah umur
g)      Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga
h)      Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkoba
i)        Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda

Dalam rangka untuk memecahkan permasalahan generasi muda tersebut di atas memerlukan usaha-usaha terpadu, terarah dan bencana dari seluruh pembangunan.

2)      Potensi-potensi Generasi Muda/Pemuda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah:
a)      Idealisme dan Daya Kritis
b)     Dinamika dan Kreatifitas
c)      Keberanian mengambil resiko
d)     Optimis dan kegairahn semangat
e)      Sikap kemandirian dan disipin murni
f)       Terdidik
g)      Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h)     Patriotisme dan nasionalisme
i)        Sikap kesatria
j)        Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikit agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Melalui proses sosialisasi, individu (pemuda) akan terwarnai carangku berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya dengan proses sosialisasi, individu menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Proses sosialisasi ini berarti tidak berhenti sampai pada keluarga, tapi masih ada lembaga lainnya. Cohen (1983) menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosialisasi yang terpenting ialah keluarga, sekolah, kelompokm sebaya dan media massa.
Meskipun sosialisasi itu mungkin berbeda-beda berbagai lembaga, kelompok maupun masyarakat, namun sasaran sosialisasi itu sendiri banyak memiliki kesamaan.
Tujuan pokok sosialisasi adalah:
1)     Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat
2)     Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya
3)     Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat
4)     Bertingakah laku selaras dengan nirma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada lembaga atau keompok khususnya dan masyarakat umumnya
Faktor lingkungan bagi pemuda dalam proses sosialisasi memegang peranan penting. Karena dalam proses sosialisasi pemuda terus berlanjut dengan segala daya imitasi dari lingkungan sekelilingnya.



3.    Pemuda Dan Identitasnya
A.     Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Jika pada abad ke 20 ini Planet Bumi dihuni oleh mayoritas penduduk berusia muda, dengan perkiraan berusia 17 tahunan, tentu akan menimbulkan beberapa pertanyaan. Dua di antara deretan pertanyaan yang muncul aldalah: Apakah generasi muda itu telah mendapat kesempatan mengenyam dunia pendidikan dan keterampilan sebagai modal utama bagi insan pembangunan? Sampai dimana penyelengaraan pendidikan formal dan non formal berperan bagi pembangunan, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang?
Pada kenyataan negara-negara sedang berkembang masih banyak mendapat kesulitan untuk penyenglenggaraan pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan. Sehubungan dengan itu negara-negara berkembang merasa selalu kekurangan tenaga terampil dalam mengisi lowongan-lowongan pekerjaan tertentu yang meminta tenaga kerja dengan keteramopilan khusus.

B.     Pendidikan dan Perguruan Tinggi
Sebagai prasyarat utama dalam pembangunan, Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara ‘self propelling’ dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya, Modernisasi Jepang agaknya merupakan contoh prototipe dalam hubungan ini.
Dalam arti inilah, maka pembicaraan tentang generasi muda/pemuda khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi menjadi penting. Karena berbagai alasan:
Pertama, Sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang kuas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada di dalam masyarakat.
Kedua, Sebagai kelompok masyarakat yang paling lama dibangkui sekolah, maka mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara berencana, dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya.
Ketiga, Mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat manyatu dalam bentuk jterjadinya akulturasi sosial dan budaya.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan pertise di dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidika nlabih baik lagi dari keseluruhan generasi muda lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IBX5A7C4817A5BA6